Jumat, 15 Juli 2016

Syeikh Muhammad Al-Hariri

Beliau adalah salah satu murid kesayangan Al Habib Muhammad Al Haddar .Beliau terkenal karena mahabbah dan kerinduan Beliau yang kuat dan dahsyat pada Baginda Rasul Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam .

Suatu ketika , saat Beliau didiagnosis di rumah sakit melalusi x-ray ( foto rontgen )sang dokter terkejut setengah mati melihat cetak foto rontgen dada Beliau , sang dokter bertanya keheranan :" anda ini manusia apa bukan..? "sang Syaikh bertanya balik :" Kenapa anda berkata seperti itu..?

Sambil menggelengkan kepalanya si dokter bertanya :" Kenapa anda bisa hidup tanpa Jantung..?, dimana jantungmu..? "Syaikh tersenyum pelan :" Maaf..JANTUNGKU kutitipkan pada kekasihku di Madinah MUHAMMAD Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam."

Rabu, 27 April 2016

Penyembelihan Kematian ditempat antara Surga dan Neraka

Abu said al khudri ra.berkata bahwa Rasulullah saw bersabda "kematian dalam wujud domba yanh belang2 dipanggil lalu disuruh berdiri di tempat antara surga dan neraka. Dikatakan,"wahai penghuni surga, apakah kalian kenal dengan ini?' Penghuni surga melihat dan berkata, 'yah, kami kenal dengannya. Dia adalah kematian!' Dikatakan kepada penghuni neraka, 'wahai penghuni neraka, apakah kalian kenal dengannya?' Penghuni neraka melihat dan berkata, 'yah, kami kenal dengannya. Dia adalah kematian!"kata abu sa'id al khudri,"lalu kematian diperintahkan untuk dibunuh dan difirmankan, wahai penghuni surga, disini abadi dan tidak ada kematian. Wahai penghuni neraka, disini abadi dan tidak ada kematian!"kemudian Rasulullah saw membaca ayat, 'dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan,yaitu ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak pula beriman'."(muttafaq alaihi)
Wujud domba, berbaringnya domba, penyembelihan dan penglihatan kedua penghuni surga dan penghuni neraka kepadanya adalah srsuatu yang riil dan bukan utopia. Adalah kesalahan besar orang yg mengatakan kematian adalah nyawa. Ia tidak bisa dijelmakan apalagi disembelih?
Pendapat diatas tidak dapat dibenarkan, karena Allah SWT. Menciptakan kematian dalam wujud domba sebagaimana dia menciptakan amal perbuatan manusia dalam wujud orang yg bisa dilihat. (By: Firda Rizkia)

Sabtu, 13 Februari 2016

Malaikat Jibril Menggambarkan Neraka

Suatu ketika Malaikat Jibril datang mengunjungi Nabi SAW, dan beliau bersabda, “Tolong engkau gambarkan kepadaku keadaan neraka!!”

Malaikat Jibril berkata, “Wahai Muhammad, api neraka itu hitam kelam, seandainya satu lubang jarum dari api neraka dijatuhkan, maka terbakarlah semua yang ada di muka bumi…!!”

Malaikat Jibril menjelaskan lagi, seandainya satu potong baju dari baju-baju yang ada di neraka digantungkan antara langit dan bumi, niscaya penghuni bumi akan mati karena terciumnya baunya yang sangat busuk.

Seandainya setetes zaqqum (makanan penduduk neraka dari pohon berduri) dilemparkan ke bumi, maka makanan penduduk bumi akan musnah.

Seandainya satu saja dari sembilanbelas malaikat yang disebutkan Allah SWT dalam Al Qur’an (Malaikat Zabaniah yang ditugaskan menyiksa penduduk neraka) muncul di tengah-tengah penduduk bumi, niscaya mereka semua akan mati karena buruknya dari bentuk, penampilan dan rupanya. 

Seandainya satu lingkaran dari rantai belenggu neraka seperti yang disebutkan Allah SWT dalam Al Qur’an dibuang ke bumi, niscaya bumi itu hancur hingga lapisan yang paling bawah, dan bumi tidak bisa ditempati lagi.

Mendengar penjelasan-penjelasan tersebut, tiba-tiba Nabi SAW memotong ucapan Jibril, “Cukup, wahai Jibril!!”

Kemudian beliau menangis. Malaikat Jibril ikut menangis melihat beliau menangis, maka Nabi SAW bersabda, “Wahai Jibril, mengapa engkau menangis, sedangkan kedudukan engkau begitu dekat dengan Allah…!!”

Jibril berkata, “Wahai Rasulullah, tidak ada kedudukanku di sisi Allah, kecuali posisiku saat ini. Dan aku (takut) diuji dengan apa yang diujikan kepada Malaikat Harut dan Marut, serta iblis yang terkutuk tersebut!!”

Maka dua mahluk termulia dari golongan manusia dan malaikat itu kembali menangis karena takutnya kepada “makar’ Allah SWT, yang mungkin saja akan menimpa mereka.

Minggu, 11 Oktober 2015

Toleransi Hasan Bashri Bertetangga Nasrani

Kekaguman para sahabat dan murid-muridnya tak menggetarkan pribadi Hasan al-Bashri untuk tetap hidup penuh kesederhanaan. Di rumah susun yang tidak terlalu besar ia tinggal bersama istri tercinta. Di bagian atas adalah tempat tinggal seorang Nasrani. Kehidupan berumah tangga dan bertetangga mengalir tenang dan harmonis meski diliputi kekurangan menurut ukuran duniawi.

Di dalam kamar Hasan al-Bashri selalu terlihat ember kecil penampung tetesan air dari atap kamarnya. Istrinya memang sengaja memasangnya atas permintaan Hasan al-Bashri agar tetesan tak meluber. Hasan al-Bashri rutin mengganti ember itu tiap kali penuh dan sesekali mengelap sisa percikan yang sempat membasahi ubin.

Hasan al-Bashri tak pernah berniat memperbaiki atap itu. “Kita tak boleh mengusik tetangga,” dalihnya.

Jika dirunut, atap kamar Hasan al-Bashri tak lain merupakan ubin kamar mandi seorang Nasrani, tetangganya. Karena ada kerusakan, air kencing dan kotoran merembes ke dalam kamar Sang Imam tanpa mengikuti saluran yang tersedia.

Tetangga Nasrani itu tak bereaksi apa-apa tentang kejadian ini karena Hasan al-Bashri sendiri belum pernah mengabarinya. Hingga suatu ketika si tetangga menjenguk Hasan al-Bashri yang tengah sakit dan menyaksikan sendiri cairan najis kamar mandinya menimpa ruangan Hasan Al-Bashri.

“Imam, sejak kapan engkau bersabar dengan semua ini,” tetangga Nasrani tampak menyesal.

Hasan al-Bashri hanya terdiam memandang, sambil melempar senyum pendek.

Merasa tak ada jawaban tetangga Nasrani pun setengah mendesak. “Tolong katakan dengan jujur, wahai Imam. Ini demi melegakan hati kami.”

Dengan suara berat Hasan al-Bashri pun menimpali, “Dua puluh tahun yang lalu.”

“Lantas mengapa engkau tidak memberitahuku?”

“Memuliakan tetangga adalah hal yang wajib. Nabi kami mengajaran, ‘Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangga’. Anda adalah tetangga saya,” tukasnya lirih.

Tetangga Nasrani itu seketika mengucapkan dua kalimat syahadat.

Kamis, 01 Oktober 2015

Bagaimana riwayat asal muasal gerakan - gerakan shalat?

Jawab : Gerakan - gerakan shalat adalah diajarkan Jibril as kepada Rasul saw, dan Rasul saw bersabda : “Shalatlah kalian sebagaimana kalian lihat aku shalat” (Shahih Bukhari). Jibril as melakukan shalat di awal waktu dhuhur, awal waktu asar, awal waktu magrib, awal waktu isya, awal waktu subuh, lalu hari kedua Jibril as mengajari shalat di akhir waktu dhuhur, akhir waktu asar, akhir waktu magrib, akhir waktu isya, akhir waktu subuh, lalu Jibril as berkata : “diantara dua waktu waktu itu wahai Rasulullah” (Shahih Bukhari)

Sabtu, 12 September 2015

Bapak yang Penyayang

Al-Aqra` bin Habits suatu hari menemui Amirul Mukminin Umar bin Khattab, ia menemukan Umar sedang bermain dengan Anak-anaknya.

Anak-anak Umar menempel di punggungnya dan Umar merayap.

Al-Aqra` berkata, “Amir al-mu`minin, apakah seperti itu yang engkau lakukan bersama anak-anakmu?”.

Umar pun bangun dan balik bertanya kepada Al-Aqra`, ”Memang, apa yang engkau lakukan dirumahmu?”.

Al-Aqra` menjawab, ”Jika saya pulang ke rumah, anak yang sedang berdiri cepat-cepat duduk, anak yang sedang berbicara mendadak terdiam, dan anak yang sedang tidur-tidur mendadak bangun. Saya mempunyai anak sebanyak 10 orang. Namun tidak ada satupun yang pernah saya cium”.

Umar berkata, ”Kalau begitu engkau tidak pantas menjadi pemimpin kaum muslimin.” Maka Al-Aqra` diperintahkan oleh Umar untuk segera dipecat dari jabatannya sebagai Kepala Daerah saat itu.

***

Sumber : Isyan Basya (kumpulan kisah dari buku-buku Al-Ghazali)

Sabtu, 05 September 2015

Bagaimana tentang keindahan Allah?

Jawab : Keindahan Allah tak bisa disifatkan, karena berbeda dengan segenap makhluk dan tidak menyerupai makhluk, Allah swt itu sangat Indah, dan akan semakin indah terasa, dengan hubungan batin kita yang semakin banyak meninggalkan larangannya dan mematuhinya, Dia swt akan mengalirkan cinta kepada hati hamba-Nya sehingga hamba-Nya mulai asyik pada Nya swt.

Nah.. inilah sorga terindah sebelum mereka mengenal sorga, dan kelak mereka melihat keindahan Allah, dan Allah jadikan tempat tinggal mereka di sorga, dan sungguh jika disuruh memilih untuk tinggal di neraka namun boleh melihat keindahan Allah maka semua mereka akan meninggalkan sorga dan masuk ke neraka, sebagaimana diriwayatkan ketika seorang hamba yang terakhir keluar dari neraka setelah mungkin ratusan ribu tahun dihancur leburkan di api neraka, setelah jutaan kali tubuhnya dihidupkan kembali dan disiksa, lalu ia dihadapkan pada Allah.., ia melihat Allah.., lalu Allah bertanya padanya, hambaku, berapa lama kau di api neraka?, hamba itu berkata : “aku tak pernah merasakan siksa neraka..”. kenapa?, hilang seluruh kepedihan neraka karena melihat keindahan Allah swt..., Nah.., namun Allah menempatkan hamba hamba yang rindu pada-Nya adalah di sorga, maka mereka meminta sorga karena tahu sorga adalah tempat terdekat pada Allah, mereka mendambakan sorga karena itu tempat orang yang dicintai Allah, mereka mengharap sorga karena di sorga lah mereka akan sering berjumpa dan melihat Allah..