Sabtu, 12 September 2015

Bapak yang Penyayang

Al-Aqra` bin Habits suatu hari menemui Amirul Mukminin Umar bin Khattab, ia menemukan Umar sedang bermain dengan Anak-anaknya.

Anak-anak Umar menempel di punggungnya dan Umar merayap.

Al-Aqra` berkata, “Amir al-mu`minin, apakah seperti itu yang engkau lakukan bersama anak-anakmu?”.

Umar pun bangun dan balik bertanya kepada Al-Aqra`, ”Memang, apa yang engkau lakukan dirumahmu?”.

Al-Aqra` menjawab, ”Jika saya pulang ke rumah, anak yang sedang berdiri cepat-cepat duduk, anak yang sedang berbicara mendadak terdiam, dan anak yang sedang tidur-tidur mendadak bangun. Saya mempunyai anak sebanyak 10 orang. Namun tidak ada satupun yang pernah saya cium”.

Umar berkata, ”Kalau begitu engkau tidak pantas menjadi pemimpin kaum muslimin.” Maka Al-Aqra` diperintahkan oleh Umar untuk segera dipecat dari jabatannya sebagai Kepala Daerah saat itu.

***

Sumber : Isyan Basya (kumpulan kisah dari buku-buku Al-Ghazali)

Sabtu, 05 September 2015

Bagaimana tentang keindahan Allah?

Jawab : Keindahan Allah tak bisa disifatkan, karena berbeda dengan segenap makhluk dan tidak menyerupai makhluk, Allah swt itu sangat Indah, dan akan semakin indah terasa, dengan hubungan batin kita yang semakin banyak meninggalkan larangannya dan mematuhinya, Dia swt akan mengalirkan cinta kepada hati hamba-Nya sehingga hamba-Nya mulai asyik pada Nya swt.

Nah.. inilah sorga terindah sebelum mereka mengenal sorga, dan kelak mereka melihat keindahan Allah, dan Allah jadikan tempat tinggal mereka di sorga, dan sungguh jika disuruh memilih untuk tinggal di neraka namun boleh melihat keindahan Allah maka semua mereka akan meninggalkan sorga dan masuk ke neraka, sebagaimana diriwayatkan ketika seorang hamba yang terakhir keluar dari neraka setelah mungkin ratusan ribu tahun dihancur leburkan di api neraka, setelah jutaan kali tubuhnya dihidupkan kembali dan disiksa, lalu ia dihadapkan pada Allah.., ia melihat Allah.., lalu Allah bertanya padanya, hambaku, berapa lama kau di api neraka?, hamba itu berkata : “aku tak pernah merasakan siksa neraka..”. kenapa?, hilang seluruh kepedihan neraka karena melihat keindahan Allah swt..., Nah.., namun Allah menempatkan hamba hamba yang rindu pada-Nya adalah di sorga, maka mereka meminta sorga karena tahu sorga adalah tempat terdekat pada Allah, mereka mendambakan sorga karena itu tempat orang yang dicintai Allah, mereka mengharap sorga karena di sorga lah mereka akan sering berjumpa dan melihat Allah..

Petuah untuk Murah Rezeki dan Dijauhkan Kesulitan

Abu Yazid Al Busthami, pelopor sufi, pada suatu hari pernah didatangi seorang lelaki yang wajahnya kusam dan keningnya selalu berkerut.Dengan murung lelaki itu mengadu,”Tuan Guru, sepanjang hidup saya, rasanya tak pernah lepas saya beribadah kepada Allah. Orang lain sudah lelap, saya masih bermunajat. Isteri saya belum bangun, saya sudah mengaji. Saya juga bukan pemalas yang enggan mencari rezeki. Tetapi mengapa saya selalu malang dan kehidupan saya penuh kesulitan?”

Sang Guru menjawab sederhana, “Perbaiki penampilanmu dan rubahlah roman mukamu. Kau tahu, Rasulullah SAW adalah penduduk dunia yang miskin namun wajahnya tak pernah keruh dan selalu ceria. Sebab menurut Rasulullah SAW, salah satu tanda penghuni neraka ialah muka masam yang membuat orang curiga kepadanya.” Lelaki itu tertunduk. Ia pun berjanji akan memperbaiki penampilannya.

Mulai hari itu, wajahnya senantiasa berseri. Setiap kesedihan diterima dengan sabar, tanpa mengeluh. Alhamdullilah sesudah itu ia tak pernah datang lagi untuk berkeluh kesah. Keserasian selalu dijaga. Sikapnya ramah,wajahnya senantiasa mengulum senyum bersahabat. Roman mukanya berseri.

Tak heran jika Imam Hasan Al Basri berpendapat, awal keberhasilan suatu pekerjaan adalah roman muka yang ramah dan penuh senyum. Bahkan Rasulullah SAW menegaskan, senyum adalah sedekah paling murah tetapi paling besar pahalanya.

Jumat, 04 September 2015

Ketika Sayyidina Umar Dimarahi Istri

Alkisah ada salah seorang laki-laki yang hendak mengadukan kelakuan istrinya kepada Sayyidina Umar bin Khattab. Saat sampai di rumah Amirul Mu’minin ini, orang laki-laki ini hanya menunggu di depan pintu.

Secara kebetulan, tamu ini mendengar istri Umar memarahinya, sementara Umar tetap cenderung pasif, tidak menanggapi. Laki-laki itu lalu mengurungkan niatnya dan mulai beranjak pulang. ”Jika keadaan Amirul Mu’minin saja seperti ini, bagaimana dengan diriku?” gumamnya dalam hati.

Sejenak kemudian Umar keluar dan menyaksikan tamunya akan segera pergi. Umar pun segera memanggilnya, ”Apa keperluanmu?”

”Wahai Amirul Mu’minin, sebenarnya aku datang untuk mengadukan perilaku istriku dan sikapnya kepadaku, tapi aku mendengar hal yang sama pada istri tuan.”

”Wahai saudaraku, aku tetap sabar menghadapi perbuatannya, karena itu memang kewajibanku. Istrikulah yang memasak makanan, membuatkan roti, mencucikan pakaian, dan menyusui anakku, padahal semua itu bukanlah kewajibannya,” jawab Umar.

”Di samping itu,” sambung Umar, ”Hatiku merasa tenang (untuk tidak melakukan perbuatan haram—sebab jasa istriku). Karena itulah aku tetap sabar atas perbuatann istriku.”

”Wahai Amirul Mu’minin, istriku juga demikian,” ujar orang laki-laki itu.

”Oleh karena itu, sabarlah wahai saudaraku. Ini hanya sebentar!” kata Sayyidina Umar.

[Disadur dari kitab ‘Uqudul Lujjain: Fi Bayani Huquqiz Zawjain]

Puncak Kedengkian

Murtadha Muthahhari pernah berkisah tentang orang yang memiliki sifat dengki atau hasad, dimana kedengkiannya ini sudah mencapai puncaknya, hingga ia tak lagi memikirkan nasibnya sendiri. Yang dipikirkan oleh si pendengki ini hanyalah bagaimana caranya agar orang yang didengkinya celaka. Inilah kisahnya:

Di suatu masa, seorang yang kaya membeli seorang budak. Sesampainya di rumah, budak itu amat dimanjakan oleh tuannya. Ia diberi makanan yang enak-enak dan pakaian yang indah. Budak itu juga diberi perhiasan dan uang yang banyak oleh sang majikan, persis seperti anak sendiri, bahkan lebih. Budak tersebut juga tak pernah diberi pekerjaan apa pun. Tentu saja budak ini keheranan dengan perbuatan sang majikan. Apalagi ia melihat majikannya ini tak pernah tenang, selalu merasa gelisah setiap saat.

Suatu malam, saat duduk berdua, majikan itu berkata, “Tahukah kamu, mengapa aku memperlakukan kamu sebaik ini?” Budak itu balik bertanya, yang lalu dijawab oleh majikannya, “Aku punya satu permintaan yang jika kamu bisa memenuhinya aku akan sangat merasa gembira. Sebaliknya, jika kamu menolak permintaanku ini aku akan sangat kecewa padamu.” Si budak menjawab, “Saya akan menaati apa yang anda pinta. Anda telah berjasa pada saya, anda telah memberi saya kebahagiaan.” Majikannya berkata, “ kau harus berjanji setia dan bersedia melakukan apa yang aku perintahkan. Karena aku khawatir kau menolaknya.” Kata si budak, “Saya berjanji akan melakukan apa yang anda kehendaki.” Majikannya melanjutkan, “Permintaanku satu, kau harus memotong leherku di suatu saat dan tempat tertentu.” Budak itu berseru, “Apa?! Bagaimana mugkin aku melakukan hal itu?!” Majikannya menegaskan, “Itulah yang kuinginkan.” Budaknya menolak, “Itu tak mungkin aku lakukan!” Tapi majikannya bersikeras, “Kau sudah berjanji padaku. Kau harus melakukannya.”

Di suatu tengah malam, tuan itu membangunkan budaknya, memberinya sebilah pisau tajam dan sekantung uang emas lalu mengajaknya untuk memanjat atap rumah tetangganya. Ia lalu memerintahkan budaknya untuk menggorok lehernya di situ. Sesudah itu budaknya boleh pergi kemana saja membawa kantung uang emasnya. Budak itu ketakutan dan tidak mengerti, “Mengapa tuan menginginkan aku berbuat seperti itu?”

Tuannya menjawab, “Aku membenci tetanggaku ini. Ia memiliki usaha yang maju, keluarga yang bahagia dan anak-anak yang berhasil dalam hidupnya. Aku sangat membenci orang ini, aku lebih suka mati dari pada melihatnya. Kami bersaing, tapi ia mengalahkanku dalam segala hal. Dendamku padanya berkobar-kobar. Aku menginginkan ia dipenjara atas pembunuhan tipuan ini dan gagasan ini melegakanku. Semua orang tahu ia sainganku, dengan begitu ia akan dihukum karena perbuatan ini. Membayangkan ia masuk penjara saja sudah menjadi kebahagiaan yang besar buatku.”

Budaknya itu terperangah, “Tuan tampak seperti orang bodoh dan pantas memperoleh kematian ini!” Maka ia pun memotong kepala lelaki itu, lalu melarikan diri. Akibatnya, saingannya ditahan dan dihukum. Tetapi tak seorang pun percaya kalau ia akan membunuh saingannya di atas rumahnya sendiri. Ini menjadi misteri.

Di kemudian hari, nurani si budak tergugah. Ia lalu menghadap penguasa dan menceritakan yang sesungguhnya terjadi. Ketika penguasa memahami persoalan ini, si tersangka dan si budak dibebaskan. Pada akhirnya, kedengkian hanya akan berakibat buruk bagi si pelakunya sendiri.

Detik-detik Wafatnya Syekh Abdul Qadir al-Jailani

Jasadnya memang sudah terkubur lebih dari delapan abad. Namun nama dan tauladan hidupnya tetap membekas kuat di kalangan umat Islam. Dialah Syekh Abdul Qadir al-Jailani, ulama sufi kelahiran Persia yang kemasyhurannya setingkat dunia.

Syekh Abdul Qadir terkenal sebagai pribadi yang teguh dalam berprinsip, sang pencari sejati, dan penyuara kebenaran kepada siapapun, dan dengan risiko apapun. Usianya dihabiskan untuk menekuni jalan tasawuf, hingga ia mengalami pengalaman spiritual dahsyat yang mempengaruhi keseluruhan hidupnya. Jejak Syekh Abdul Qadir juga dijumpai dalam belasan karya orisinalnya.

Selain mewarisi banyak karya tulisan, Syekh Abdul Qadir meninggalkan beberapa buah nasehat menjelang kewafatannya. Akhir hayat Syekh didahului dengan kondisi kesehatannya yang terus menurun. Kala itu putra-putranya menghampiri dan mengajukan sejumlah pertanyaan.

”Berilah aku wasiat, wahai ayahku. Apa yang harus aku kerjakan sepergian ayah nanti?” tanya putra sulungnya, Abdul Wahab.

”Engkau harus senantiasa bertaqwa kepada Allah. Jangan takut kepada siapapun, kecuali Allah. Setiap kebutuhan mintalah kepada-Nya. Jangan berpegang selain kepada tali-Nya. Carilah segalanya dari Allah,” jawab sang ayah.

”Aku diumpamakan seperti batang yang tanpa kulit,” sambung Syekh Abdul Qadir. ”Menjauhlah kalian dari sisiku sebab yang bersamamu itu hanyalah tubuh lahiriah saja, sementara selain kalian, aku bersama dengan batinku.”

Putra lainnya, Abdul Azis, bertanya tentang keadaannya. ”Jangan bertanya tentang apapun dan siapapun kepadaku. Aku sedang kembali dalam ilmu Allah,” sahut Syekh Abdul Qadir.

Ketika ditanya Abdul Jabar, putranya yang lain, ”Apakah yang dapat ayahanda rasakan dari tubuh ayahanda?” Syekh Abdul Qadir menjawab, ”Seluruh anggota tubuhku terasa sakit kecuali hatiku. Bagaimana ia dapat sakit, sedang ia benar-benar bersama dengan Allah.”

”Mintalah tolong kepada Tuhan yang tiada tuhan yang wajib disembah kecuali Dia. Dialah Dzat yang hidup, tidak akan mati, tidak pernah takut karena kehilangannya.” Kematian pun segera menghampiri Syekh Abdul Qadir.

Syekh Abdul Qadir al-Jainlani menghembuskan nafas terakhir di Baghdad, Sabtu bakda maghrib, 9 Rabiul Akhir 561 H atau 15 Januari 1166 M, pada usia 89 tahun. Dunia berduka atas kepulangannya, tapi generasi penerus hingga sekarang tetap setia melanjutkan ajaran dan perjuangannya.

Kenapa wanita mesti memakai jilbab?

Saudariku, karena wanita itu dijaga oleh Allah swt Kenapa wanita mesti memakai jilbab? , Allah swt tidak bisa dilihat oleh siapapun, kecuali kelak orang - orang yang dekat pada-Nya swt, demikian Allah swt memuliakan wanita, agar jangan terlihat kecuali oleh orang - orang dari kerabat dekatnya, sebagaimana sesuatu perhiasan yang indah dan sangat berharga, mestilah tak bisa diobral untuk dilihat dan disentuh sembarang orang, dijaga kehormatannya. Demikian pula wanita, tidak sembarang pria bebas melihatnya, hingga harga diri wanita sangat terhormat dan termuliakan, demikian sadariku. Untuk dalilnya bisa dilihat pada QS. Annur : 31, diwajibkan setiap wanita muslimah memakai cadar, namun Imam Syafii memberi keringanan untuk wanita yang bekerja untuk boleh membuka wajah dan kedua telapak tangannya.

Kamis, 03 September 2015

Shalat saya belum mencapai khusyu, apakah shalat saya diterima?

Semua shalat diterima oleh Allah swt kecuali yang rukunnya tidak terpenuhi (jika tidak tahu maka dimaafkan, dan bisa berdosa jika tak mau belajar padahal ada yang bisa mengajarinya), dan khusyu bukanlah rukun shalat, namun adalah dengan khusyu maka semakin besar pahala kita, untuk menambah kekhusyuan saat shalat, ingatlah kematian kita, ketika tangan - tangan para kekasih mengusung kita dan menurunkan tubuh kita ke dalam liang lahat dengan airmata kesedihan, tahukah keadaan kita?, seluruh tali pengikat kafan dibuka, lalu wajah dibuka dari kafan, tubuh ditaruh dalam posisi miring menghadap ke kanan yaitu kiblat, lalu punggung kita diganjal batu bata agar tubuh tidak terlentang lagi, yaitu tetap miring menghadap kiblat, dan wajah kita ditempelkan ke dinding kubur, agar terus wajah kita mencium tanah dinding kubur yang lembab itu, setelah itu kita sendiri disana, dalam kesempitan dan kegelapan.., panas.. gelap..sendiri.. bukan sebulan atau dua bulan, tapi bisa ratusan tahun atau ribuan tahun sendiri, yang ditunggu adalah sidang akbar pertanggungan jawab.. harap - harap cemas dan penyesalan.. Ketika mengingat ini maka leburlah segala kekerasan hati, ia pun mencair, dan jiwa terpanggil untuk sujud sambil menangis, mengadu pada Allah jika ingat akan hal itu karena hanya Dialah yang melihat keadaan kita saat itu.. Hanya Dialah yang ada saat itu.. untuk inilah kita shalat.. agar Dia swt tak melupakan kita saat itu dan mengasihani kita yang telah terbujur kaku di dalam tanah lembab ribuan tahun..

Apa kiat - kiat untuk yang tertimpa masalah dan kesedihan?

Ketahuilah bahwa musibah dan kenikmatan selalu datang silih berganti bagaikan siang dan malam. Namun Allah swt Maha Adil dan Bijaksana, manusia di siang hari disiapkan pepohonan untuk berteduh dan bisa membangun rumah - rumah untuk berteduh dari panasnya matahari. Demikian pula di malam hari Allah swt menyiapkan api untuk pelita, bahkan kini listrik dari kekuatan alam yang dari Allah swt agar manusia bisa terang - benderang di malam hari. Demikian pula dalam kenikmatan jika kita bersyukur maka Allah akan menambahnya, namun jika datang musibah Allah menyiapkan doa untuk segera menerangi kegelapan musibah dengan terang - benderangnya kemudahan.

Semoga hari - hari anda selalu dalam sakinah iman dan kebahagiaan, dan jika datang musibah semoga Allah swt meneranginya dengan cahaya kemudahan hingga kegelapan musibah sirna seakan tiada.